Sabtu, 10 Desember 2011

Hawa Nafsu

Huruf Nun dari kehinaan (hewan)
dari hawa yang tercuri
Menyerah kepada hawa nafsu
Jatuh dalam kehinaan
(Syair kaum sufi)

Kunci ibadat adalah tafakur, Tanda tercapainya tujuan adalah perlawanan terhadap hawa nafsu dengan meninggalkan keinginan-keinginannya (Dzun Nun al Misry).

]Nafsu itu dengan sendirinya cenderung kepada perilaku yang jahat. Pada saat yang sama,
si hamba diperintahkan agar bersabar di dalam beradab. Jadi hawa nafsu berperilaku sesuai dengan wataknya dengan cara menentang, dan si hamba menolak hawa nafsu dengan perjuangannya melawan tuntutan-tuntutannya yang jahat. (Ibnu Atha’)

Tidak ada ibadah bagi Allah selain yang lebih utama dari menentang hawa nafsu (Sahl bin Abdullah)
Orang yang melewati malam harinya dengan cukup baik akan memperoleh balasan di siang harinya, dan orang yang melewati siang harinya dengan cara yang baik akan memperoleh balasan di malam harinya. Barang siapa tulus dalam menjauhi hawa nafsu akan terbebas dari memberi nafsu makanan. Allah Swt. bersifat Maha Pemurah hingga tidak berkehendak untuk menghukum hati yang menjauhi hawa nafsu. (Abu Sulaiman Ad Darani).

Hanya takut yang sangat atau kerinduan yang bergelora yang bisa memadamkan nafsu (Yusuf bin Asbat).
Barangsiapa meninggalkan hawa nafsu tapi tidak menemukan pengganti dalam hatinya adalah seorang pendusta dalam meninggalkan hawa nafsu itu sendiri (Al Khawwas).

Nafsu amarah yang terus-menerus mendorong pada kejahatan adalah penyeru kepada kebinasaan, pembantu musuh, pengikut hawa nasfu , dan diharu biru dengan berbagai macam kejahatan.” (Al Junaid).

Ketahuilah bahwa pangkal setiap maksiat dan kelalaian adalah ridho dan mematuhi nafsu. Sedangkan pangkal ketaatan dan kesadaran adalah menentangnya. (Ibnu Attailah As Sakandari).

Janganlah tertipu nafsu dengan menyerahkan kalbu pada nafsu sehingga kalbu tersebut mengikutinya dan membawamu kepada kebinasaan. Kalbu yang mengikuti nafsu tak ubahnya seperti manusia yang menggantungkan diri pada orang yang tenggelam di lautan. Akhirnya, keduanya sama-sama tenggelam. Sedangkan menyerahkan nafsu kepada kalbu seperti manusia yang menyerahkan dirinya pada perenang mahir.

Dia-pun bisa berenang bersamanya hingga selamat sampai daratan. (Ibnu Attailah As Sakandari).
Nafsu adalah musuh yang paling sulit ditaklukkan. Ia hampir selalu menang dalam pertarungan. Jika tidak dikurung dengan iman, dia akan menjadi liar dan beringas. Hanya nafsu yang mendapat kasih sayang Allah yang dapat dikendalikan. Karena itu waspadalah engkau terhadap nafsu. Sungguh-sungguhlah dalam menghadapinya.

Kobarkanlah semangatmu agar tidak pernah kendur. Sesungguhnnya nafsu selalu punya cara untuk berkilah agar dapat berkehendak bebas. Tidak ada musuh yang peling sengit menyerangmu selain dari nafsumu sendiri. Ia tidak pernah menyerah dan tidak pernah mau tunduk. Kalaupun terlihat tunduk, ia hanya pura-pura manut. Ia terus-menerus mecari celah kelengahanmu. Berbagai kesempatan selalu digunakan oleh nafsumu untuk menjatuhkanmu. (Al-Hakim Al-Turmudzi).

Ketika engkau sedang papa, nafsumu selalu menjanjikan kezuhudan. Namun ketika engkau banyak harta, ia mendorongmu pada kerakusan. Ketika engkau belum berjaya, nafsumu selalu menjanjikan kesyukuran. Namun ketika engkau berkuasa, ia mendorongmu pada kekufuran. Ketika engkau tidak punya jabatan, nafsumu menjanjikan kewarakan. Namun ketika engkau punya kedudukan, ia mendorongmu pada kegegabahan. Nafsu selalu menjanjikan kesalehan kepadamu ketika dirimu tak punya apa-apa. Sedangkan, ketika engkau banyak harta, ia selalu mendorongmu pada kemaksiatan. (Al-Muhasibi).

Pada zaman sekarang, sangat sedikit orang yang berbuat kebaikan dengan landasan sunnah. Pada umumnya orang beramal atas dasar hawa nafsu. Mereka lebih suka beramal untuk mendapat pujian. Baik dari Allah maupun dari manusia. Ketika meninggalkan dosa, mereka takut ejekan manusia, bukan takut kepada Allah atau patuh menjalankan aturan-Nya. Karena itu. Kita pantas mengistimewakan orang yang beramal dengan landasan sunnah. Mereka mempunyai sifat yang unik, yaitu tidak marah ketika keburukannya diceritakan kepada orang lain. (Mu’adz bin Jabal).

Hawa nafsumu adalah ibu segenap berhala:
Berhala benda ialah ular, berhala jiwa adalah naga.
Menghancurkan berhala itu mudah, namun menganggap mudah
Mengalahkan nafsu adalah tolol.
Anakku, jika bentuk nafsu ingin kaukenali, bacalah uraian tentang
Neraka dengan tujuh pintunya
Dari hawa nafsu setiap saat bermunculan tipu muslihat;
Dan dari setiap tipu muslihat seratus Fir’aun dan balatentaranya terjerumus. (Jalaludin Ar Rumi).

Apabila dalam dirimu terdapat kecintaan kepada seseorang dan kebencian (al-wala` wal bara`) terhadapnya, maka jadikan/timbanglah hal itu (al-wala` wal bara`) dengan Al-qur`an dan As-Sunnah. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsumu, sehingga hal itu akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. (Asy-Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar