Sabtu, 10 Desember 2011

Hati Mukmin & Keikhlasan

Syeikh Abul Hasan Asy-Asyadzily, Dia berkata: Cahaya dari cahaya Allah Dia titipkan ke dalam hati hamba-Nya yang beriman sehingga memutusnya dan selain-Nya. Maka, itulah keikhlasan yang tidak dapat ditengok oleh malaikat lantas menulisnya, oleh setan lalu merusaknya, maupun oleh hawa nafsu lantas memiringkannya.

Dan, darinya mencabang empat kehendak: kehendak ikhlas dalam amal di atas pengagungan terhadap Allah, keikhlasan demi mengagungkan perintah Allah, kehendak ikhlas untuk menuntut ganjaran dan pahala, dan kehendak ikhlas dalam membersihkan amal dan noda-noda; tidak memperhatikan padanya selain itu.

Kita menghamba kepada-Nya dengan semua kehendak ini. Karena itu, siapa yang berpegang kepada satu darinya, maka dia orang yang ikhlas. Mereka berada dalam derajat-derajat di sisi Allah dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. Kepada isyarat inilah Allah Swt berfirman yang disampaikan oleh Jibril As, kepada Rasulullah Saw, “Ikhlas adalah rahasia dan rahasia-Ku yang Aku titipkan dalam hati hamba-hamba-Ku yang Aku cintai.” Syeikh berkata, “Riya’ adalah membebaskan hati dalam amal demi selain Allah pada sudut yang tidak diizinkan oleh Allah SWT.”

Kesaksian dalam Ikhlas
Beliau r.a. berkata: Aku melihat seolah-olah diriku sedang tawaf di Ka’bah seraya menuntut keikhlasan dan diriku, dan aku memeriksanya di dalam batinku. Tiba-tiba ada seruan, “Berapa sering kalian mendekat bersama orang-orang yang mendekat sedangkan Aku Maha Mendengar, Maha Mengetahui, Maha Dekat, Maha Waspada. Pengenalan dari-Ku mencukupkanmu dari ilmu orang-orang dahulu dan kemudian, kecuali ilmu Rasul dan para Nabi.

Ikhlas itu terdiri dari empat unsur: keikhlasan orang yang ikhlas dengan apa yang di ikhlaskan kepada yang di ikhlaskan kepada-Nya. Dan, itu ada dua bagian: keikhlasan shiddiqin (orang-orang yang jujur) dan keikhlasan shiddiqin. Ikhlas shadiqin adalah demi menuntut pahala sedang ikhlas shiddiqin itu wujud al-Haqq yang dimaksudkan, tidak ada sesuatu pun dari selain-Nya. Maka, siapa yang hal itu dititipkan ke dalam hatinya, dialah yang dikecualikan oleh lisan musuh-Nya dalam firman-Nya, “Aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.” (QS. Shad [381]: 82—83).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar