Senin, 05 Desember 2011

Menggunjing, Kemarahan dan Kedunguan

Sayidina Ali KWH

1. Menggunjing adalah ladang orang-orang tercela.
2. Orang yang mendengarkan gunjingan termasuk salah satu di antara orang-orang yang menggunjing itu.
3. Menggunjing adalah usaha orang yang lemah.
4. Gunjingan adalah celaan batiniah.
5. Barangsiapa yang melihat aib dirinya sendiri, maka dia tidak akan mengurusi orang-orang lain.
6. Beruntunglah orang yang disibukkan oleh aib dirinya sendiri daripada mengurusi aib-aib orang banyak.
7. Wahai hamba Allah, janganlah engkau tergesa-gesa mencela seseorang karena dosanya, karena barangkali dosa orang itu diampuni. Dan janganlah engkau merasa aman atas dirimu karena dosa kecil yang telah engkau lakukan karena barangkali engkau akan diazab karenanya. Oleh karena itu, siapa saja di antara kalian yang mengetahui aib orang lain, hendaklah dia menahan diri dan mencelanya karena dia mengetahui aib dirinya sendiri. Dan hendaklah dia menyibukkan diri dengan bersyukur atas kesehatan yang dikaruniakanNya kepada dirinya, sementara orang lain diuji dengannya (penyakit).
8. Tukang fitnah adalah anak panah yang membunuh.
9. Tukang fitnah adalah jembatan kejahatan.
10. Permulaan marah adalah kegilaan, sedangkan akhirnya adalah penyesalan.
11. Janganlah kemarahan mendorongmu berbuat dosa karena ia hanya menyembuhkan kemarahanmu, sementara engkau telah menjadikan agamamu sakit.
12. Hati-hatilah terhadap orang yang sengaja membuatmu marah! Karena kemarahan mematikan aktivitas berpikir dan menolak pembuktian.
13. Sedikit marah sudah terlalu banyak dalam mennyusahkan jiwa dan akal.
14. Kemarahan mengobarkan dendam yang terpendam.
15. Tidak akan mempan kekuatan marah jika berhadapan dengan kehinaan meminta maaf.
16. Janganlah mengambil keputusan ketika engkau dalam keadaan marah.
17. Sisakanlah ruang untuk ridhamu dan ruang kemarahanmu; dan jika engkau terbang, hinggaplah di tempat yang dekat (cepat-cepatlah).
18. Kemarahan orang bijak terletak pada perbuatannya, sedangkan kemarahan orang jahil pada ucapannya.
19. Lidah orang bijak di belakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya.
20. Sefakir-fakir kefakiran adalah kedunguan.
21. Janganlah engkau bersahabat dengan orang dungu karena sesungguhnya dia membagus-baguskan perbuatannya dan dia ingin agar engkau menjadi sepertinya.
22. Barangsiapa yang melihat aib-aib orang banyak dan dia mengingkarinya, tetapi dia rela aib-aib itu ada pada dirinya sendiri, maka itulah kedunguan sejati.
23. Adab di sisi orang dungu seperti air tawar dalam akar tumbuhan peria, setiap kali bertambah airnya bertambah pula pahitnya.
24. Jika orang dungu berbicara, kacau bicaranya; jika bercerita, dia tergesa-gesa; dan jika disuruh untuk melakukan perbuatan yang buruk, dia akan melakukannya.
25. Jika orang dungu berbicara dengan satu kalimat, maka dia akan mengikutkannya dengan sumpah.
26. Janganlah engkau menjadikan orang dungu sebagai saudaramu karena sesungguhnya dia berusaha dengan keras demi kepentinganmu, tetapi dia tidak akan mendatangkan kemanfaatan bagimu. Ada kalanya dia ingin memberikan manfaat kepadamu, tetapi dia justru merugikanmu. Maka, diamnya orang dungu lebih baik daripada kesupelannya, jauhnya lebih baik daripada dekatnya, dan kematiannya lebih baik daripada kehidupannya.
27. Sesungguhnya seseorang mengetahui hakikat suatu urusan, tetapi dia menjauhkan diri darinya, maka dia adalah benar-benar orang yang dungu. Dan sesungguhnya seseorang tidak mengetahui hakikat suatu urusan, padahal urusan itu sangat jelas, maka dia benar-benar bodoh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar