Selasa, 06 Desember 2011

Ensiklopedia sholat

“Tegakkan shalat untuk mengingat-Ku.”(Qs. Thaha: 14)

“Ketahuilah, dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang.” (Qs. Ar-Ra’du: 28)

”Maka celakalah bagi orang-orang yhang shalat, yaitu mereka yang lalai dalam shalatnya.” (Qs. al-Maa’uun: 4-5)

“Sungguh telah beruntung orang-orang beriman. Yaitu mereka yang khusyu’ dalam shalatnya.” (Qs. Al-Mu’minuun: 1-2)

“Berapa banyak orang yang melaksanakan shalat, keuntungan yang diperoleh dari shalatnya, hanyalah capai dan payah saja.” (HR. Ibnu Majah)

Shalat mengandung seluruh tahapan perjalanan menuju Tuhan, dari pertama hingga akhir, Didalamnya semua maqamat (stasiun-stasiun spiritual) terungkap. Bagi kaum sufi wudlu bermakna tobat, menghadap kiblat bermakna keberuntungan kepada seseorang pembimbing spiritual. Adapun berdiri dalam shalat bermakna kediaman diri, membaca ayat-ayat Al-Qur’an bermakna perenungan batin (zikir), ruku’ bermakna kerendahan hati, sujud bermakna pengetahuan diri, membaca syahadat bermakna kemesraan dengan Tuhan, dan salam bermakna memisahkan diri dari dunia dan “melepaskan diri” dari ikatan “stasiun-stasiun” (maqamat) (al-Hujwiri).

Shalat adalah puncak pertemuan antara Tuhan dan hamba, yang melaluinya seorang manusia-yang memiliki penglihatan batin dapat “melihat Tuhan”. Shalat berarti penyaksian (musyahadah) dan penglihatan akan Allah SWT. (Ibnu Arabi).

Bagi orang yang mengenal Allah, setiap ucapan dalam shalat mengarah pada tingkatan dan penyaksian kepada Allah. Pertama: mengimami, kedua: berserah diri, ketiga: bertobat, keempat: bersabar, kelima: ridha, keenam: takut, ketujuh: berharap, kedelapan: bersyukur, kesembilan: mencintai, dan kesepuluh: bertawakal kepada-Nya. Kesepuluh makna ini merupakan tingkatan-tingkatan keyakinan (Abu Thalib Al Maki).
Shalat adalah simbol seluruh kehidupan seseorang. Lewat shalat, kita mendapat cahaya petunjuk yang akan membimbing kehidupan kita. Shalat adalah juga percakapan paling dalam dan mesra antara pencipta dan yang dicipta (Jalaluddin Rumi).

Shalat memancarkan cahaya didalam hati, yang selanjutnya akan merupakan kunci-kunci bagi ilmu-ilmu mukasyafah, yang melaluinya terbuka pintu-pintu langit bagi si hamba yang sedang salat serta dihadapinya ia oleh Allah SWT dengan wajahnya (Imam Ghazali).

Shalat adalah induk amal, obat penyembuh. Shalat juga merupakan sebab besar bagi timbulnya cinta Allah dan rahmatnya. Jika salat telah nenyatu dalam diri seseorang, ia akan lebur dalam cahaya Allah, dan dosa-dosanya akan terampuni. ia pun akan terhindar dari bencana-bencana yang disebabkan oleh kebisaaan buruk. Shalat merupakan cara paling utama untuk melatih jiwa rendah agar tunduk kepada akal dan mengikuti keputusannya (Syeikh Waliyullah Ad Dahlawi).

Buah puasa adalah penyucian jiwa, buah zakat adalah penyucian harta, buah haji adalah penganpunan, buah jihad adalah penyerahan diri padanya-yang semuanya diberikan kepada Allah,untuk hambanya dengan surga sebagai imbalannya-maka buah shalat adalah menghadapnya hamba kepada Allah, menghadapnya Allah kepada hamna. Dalam menghadap Allah terdapat semua buah amal perbuatan yang tersebut sebelumnya, dan sebuah amal perbuatan itu menghadap kepada Allah didalam shalat (Ibnu Qayyim Al Jauziyah).

Ada etika adab sufi dalam shalat , maka yang pertama kali dilakukan adalah belajar tentang ilmu-ilmu yang berkaitan dengan shalat, mempelajari dan mengetahui fardhu dan sunnahnya, sopan santunnya, keutaman dan sunnah-sunnahnya, banyak bertanya dan terus mencari hal-hal yang mesti dikatahui,sehingga tidak mungkin terjadi suatu ketidaktahuan. Sebab shalat merupakan tiang agama, penyejuk hati kaum arif, hiasan orang-orang jujur, mahkota kaum yang didekatkan Allah SWT. Shalat merupakan posisi komunikasi dan kesinambungan, kedekatan, kewibawaan, kekhusyukkan, rasa takut, pengagungan, penghormatan, musyahadah, muqorobah, rahasia-rahasia hati, bermunajat kepada Allah, menghadap Allah, dan berpaling selain dari Allah. (Syeikh Abu Nasr as Sarraj).

Shalat adalah menghadapnya hamba kepada Pemelihara segenap yang ada dan Penguasa semua makhluk penyaksian Al-Haqq, dengan kalbu yang bening dan jiwa yang suci yang terbebas dari segala hasrat (duniawi). Ia merupakan perwujudan (manifestasi) kerinduan, ketundukan, dan rintihan tubuh particular yang terbatas dan hina ini kepada Pemelihara segenap yang ada dan Penguasa semua makhluk. Ibadah shalat merupakan simulasi/penyerupaan (terhadap alam semesta), untuk menyerupakan (perilaku) raga dengan ruh, dalam kepatuhan kepada Sang Pencipta yang Maha Tinggi. Dia menyuruh manusia untuk meniru shalat-akalnya dengan gerakan batiniahnya. (Ibnu Sina).
Ciri seorang yang jujur jika ia memiliki pengikut jin, maka ketika waktu shalat tiba ia menyuruhnya untuk shalat, dan ketika ia sedang tidur maka ia membangunkannya. (Sahl bin Abdullah).

Segala sesuatu ada yang dipilih, sementara yang dipilih dari shalat adalah takbir pertamanya. (Al Junaid). Maknanya adalah bahwa takbir pertama itu hendaklah bersama niat, dimana shalat tidak akan sah kalau tanpa dengan niat. Ini merupakan perjanjian antara manusia dengan Allah yang menyatakan bahwa shalat anda hanya karena Allah Swt. Apabila perjanjian pertama itu sah, maka semua penyakit batin yang masuk ke dalam shalat Anda tidak bisa merusak shalat Anda, tetapi hanya mengurangi keutaman shalat. Dan orang yang shalat tetap saja mendapatkan perjanjian dan niat yang dilakukan dengan Tuhannya.



Niat itu atas nama Allah, untuk Allah dan dari Allah. Sedangkan penyakit-penyakit batin yang masuk ketika seorang hamba sedang shalat merupakan bagian musuh. Sementara bagian musuh meskipun itu banyak tidak bisa mengimbangi niat yang dengan Nama Allah, untuk Allah dan dari Allah sekalipun itu sangat minim. (Ibnu Salim).

Abu Said Al Kharaz pernah ditanya, ”Bagaimana cara terbaik memasuki Shalat?” Ia menjawab, ”Hendaknya Anda menghadap kiblat sebagaimana Anda menghadap-Nya di saat hari kiamat. Anda berada dihadapan Allah SWT , dimana antara Anda dengan Allah tidak ada penerjemah, sementara Dia menghadap kepada Amda, sedangkan Anda bermunajat (berkomunikasi) dengan-Nya. Anda harus tahu, di depan Siapa Anda sedang berdiri saat itu? Sesungguhnya Dia adalah Mahadiraja lagi maha Agung.” (Abu Said Al Kharraz).

Jika ada melakukan Takbiratul Ihram maka ketahuilah, bahwa Allah melihat Anda, sementara Dia Mahatahu apa yang ada dalam hati Anda. Dan ketika shalat hendaknya Anda bisa mempresentasikan bahwa surga di sebelah kana Anda, dan neraka disebela kiri Anda (Hikmah Sufi)
Jika Anda mengkat tangan untuk bertakbir, hendaknya yang ada dalam hati Anda hanyalah Kebesaran dan kesombongan Allah SWT. Dan ketika Anda sedang bertakbir hendaknya tidak ada sesuatu di hadapan Anda yang lebih besar dari Allah SWT, sehingga Anda melupakan dunia dan akhirat, karena hanyut dalam kebesaran-Nya. (Abu Said al Kharraz).
Oleh: Nurul Huda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar