Senin, 05 Desember 2011

Akidah Kaum Sufi

Syeikh Abdul Wahab Asy-Sya’rani

Perlu anda ketahui, wahai saudaraku, kaum sufi telah sepakat bahwa Allah Swt. adalah Tuhan Yang Maha Esa yang tiada duanya, bersih dari teman (istri) dan anak, Mahadiraja yang tiada sekutu, Sang Pencipta yang tidak ada pengatur lain bersamanya, ada (wujud) dengan Dzat-Nya tanpa membutuhkan Pencipta yang mewujudkan-Nya, akan tetapi justru segala yang diwujudkan ini butuh kepada-Nya. Maka seluruh alam ini wujud karena-Nya, sedangkan Allah Swt. wujud dengan Dzat-Nya sendiri, tidak ada permulaan bagi wujud-Nya dan tidak ada akhir dalam kekekalan-Nya, akan tetapi wujud-Nya secara mutlak yang terus-menerus berbuat dengan sendiri-Nya. Dia bukanlah jauhar yang bisa diukur dengan tempat, dan juga bukan ‘aradh yang mustahil untuk bisa tinggal, bukan pula jisim yang memerlukan arah. Dia Mahasuci dari segala arah dan wilayah, hanya bisa dilihat oleh mata kalbu, istiwa’ di ‘arasy-Nya sebagaimana yang difirmankan dan sesuai dengan apa yang dimaksudkan, sebagaimana juga ‘arasy-Nya dan apa yang dimuatnya mencakup dunia dan akhirat, tidak memiliki persamaan yang bisa dirasionalkan dan ditunjukkan oleh akal, tidak terbatas oleh waktu dan tidak termuat oleh tempat. Dia sekarang sebagaimana semula. Dialah yang menciptakan apa yang bisa bertempat dan juga tempatnya. Dialah yang menciptakan masa dan yang berfirman: “Akulah Dzat Yang Mahatunggal.”

Yang Mahahidup, Yang tidak merasa berat untuk menjaga dan memelihara makhlukNya. Tidak memiliki sifat yang sebelumnya tidak ada, sebagaimana sifat makhluk. Dia Mahasuci untuk ditempati oleh barang baru (makhluk) atau bertempat pada barang baru, atau makhluk ada sebelum-Nya atau Dia ada sebelum makhluk. Akan tetapi hanya bisa dikatakan bahwa Dia ada, dan tidak ada sesuatu pun bersama-Nya. Sebab sebelum dan sesudah adalah suatu ungkapan yang menunjukkan waktu yang juga merupakan makhluk yang Dia ciptakan. Maka kita tidak boleh mengatakan kepada-Nya sesuatu yang Dia sendiri tidak mengatakan untuk Diri-Nya. Sebab Dia telah mengatakan untuk Diri-Nya sendiri, “Mahaawal dan Mahaakhir,” dan bukan “sebelum dan sesudah.”

Dialah Yang Maha menjaga dan melakukan segala-galanya, yang tidak pernah tidur dan kantuk, Maha memaksa yang tidak bisa ditandingi. “Tidak ada sesuatu pun seperti Dia, dan Dia Maha mendengar lagi Maha melihat.” (Q.S. asy-Syura:11).

Dialah yang menciptakan ‘arasy dan dijadikan sebagai batas istiwa’ (sebagaimana yang Dia kehendaki), Dialah yang menciptakan Kursi yang luasnya cukup untuk bumi dan langit, menciptakan Lauh Mahfuzh dan al-Qalam (pena) yang tinggi, Dia lakukan sebagai pencatat pada makhluk sampai Hari Kiamat dan keputusan dilaksanakan. Dia menciptakan seluruh alam tanpa ada contoh sebelumnya, menciptakan makhluk dari apa yang diciptakan mereka. Dia memberi ruh pada jasad sebagai pengaman, Dia menjadikan jasad yang diberi ruh ini sebagai khalifah di bumi, lalu Dia menundukkan seluruh apa yang ada di langit dan di bumi untuknya. Maka tidak ada yang bisa bergerak sekalipun hanya seberat atom kecuali karena-Nya dan dengan-Nya. Dia menciptakan semua itu tanpa pamrih dan tak ada yang mengharuskanNya untuk menciptakan. Akan tetapi Ilmu-Nya tentang hal itu lebih dahulu, sehingga Dia menciptakan apa yang hendak Dia ciptakan.

Dia Mahaawal dan Mahaakhir, Dia Mahalahir dan Mahabatin, Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Dia sangat memahami dan mengetahui segala sesuatu, Dia sanggup menghitung segala sesuatu dengan jumlah yang benar. Dia Mahatahu apa yang rahasia dan yang lebih rahasia, Dia mengetahui apa yang tidak sanggup dilihat oleh mata secara benar dan apa yang dirahasiakan oleh kalbu. Bagaimana mungkin Dia tidak tahu apa yang Dia ciptakan sendiri, “Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui [apa yang kamu lahirkan dan rahasiakan]; dan Dia Maha Halus lagi Maha mengetahui?” (Q.S. al-Mulk: 14).



Dia telah tahu segala sesuatu sebelum terwujud, kemudian Dia mewujudkannya sesuai dengan apa yang Dia ketahui. Dia senantiasa tahu tentang segala sesuatu, sementara Ilmu-Nya tidak akan bertambah (baru) ketika terjadi sesuatu yang baru dalam lingkup Ilmu-Nya. Dia menciptakan segala sesuatu secara cermat dan kokoh, Dia Mahatahu secara global dan terinci dengan mutlak. Dialah Yang Maha mengetahui hal yang gaib dan yang bisa disaksikan oleh mata, maka Mahasuci Allah dan segala apa yang disekutukan oleh orang-orang musyrik. Dia Maha melakukan terhadap apa yang Dia kehendaki. Dialah yang berkehendak untuk menciptakan apa yang terwujud di alam bumi dan langit, dimana Kekuasaan-Nya tidak bergantung dengan mewujudkan sesuatu sehingga Dia menghendakinya, sebagaimana Dia tidak akan menghendaki sesuatu sehingga Dia mengetahui. Sebab sangat mustahil Allah Swt. menghendaki sesuatu yang Dia tidak mengetahuinya, atau melakukan perbuatan yang tidak Dia kehendaki, sedangkan Dia berbuat secara bebas dan atas pilihan-Nya sendiri. Juga sangat mustahil semua kenyataan ini terwujud bukan dan Dzat Yang Mahahidup. Demikian pula akan mustahil sifat-sifat ini ada tanpa Dzat yang diberi sifat.

Maka tidak ada apa pun dalam wujud ini baik taat maupun durhaka, untung maupun rugi, merdeka maupun hamba, dingin maupun panas, hidup maupun mati, berhasil maupun gagal, siang maupun malam, lurus maupun bengkok, daratan maupun lautan, genap maupun ganjil, jauhar maupun ‘aradh, sehat maupun sakit, senang maupun susah, jasad maupun ruh, gelap maupun terang, bumi maupun langit, banyak maupun sedikit, pagi maupun sore, putih maupun hitam, sadar maupun tidur, lahir maupun batin, bergerak maupun berhenti, kering maupun basah, kulit maupun isi, baik yang berlawanan maupun yang sepadan dan mirip kecuali semuanya dikehendaki oleh Allah Swt. Lalu bagaimana tidak dikehendaki-Nya sedangkan Dia yang menciptakan? Lalu bagaimana Dia yang punya kebebasan dalam mewujudkan segala sesuatu akan menciptakan sesuatu yang bukan atas Kehendak-Nya, dimana tidak ada yang bisa menolak apa yang menjadi amarNya, tidak ada yang menuntut dan menilai kebijakan hukumNya. Dia akan memberi kekuasaan kepada orang yang Dia kehendaki dan akan mencabutnya kembali dari orang yang Dia kehendaki pula, Dia akan mengangkat derajat orang yang Dia kehendaki dan akan rnerendahkan orang yang Dia kehendaki, Dia akan menyesatkan dan memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki. Apa yang Allah kehendaki akan terjadi, dan apa yang tidak Dia kehendaki maka tidak akan terwujud.

Andaikan seluruh makhluk berkumpul untuk menghendaki sesuatu yang mereka tidak dikehendaki oleh Allah untuk melakukannya, maka mereka tidak akan sanggup menghendakinya, atau melakukan sesuatu yang Allah tidak ingin mewujudkannya tapi mereka menghendakinya, tentu mereka tidak akan sanggup melakukannya. Maka kufur, iman, taat dan durhaka adalah karena kehendak dan kebijakan hukum Allah Swt. Dimana Dia selalu memiliki sifat lradah (kehendak) ini sejak azali, sebelum alam ini terwujud, kemudian Dia mewujudkan alam ini tanpa berpikir dan merencanakan terlebih dahulu. Akan tetapi Dia mewujudkannya sesuai dengan Ilmu-Nya yang telah ada sebelumnya. Sementara Kehendak (Iradah)-Nya yang azali dalam menentukan alam adalah bersih dari waktu dan tempat, kondisi dan warna, maka dalam wujud ini pada hakikatnya tidak ada yang berkehendak selain Allah Swt. sendiri, sebab Dia telah mengatakan, “Dan kalian tidak akan bisa berkehendak kecuali apa yang dikehendaki Allah.” (Q.S. at-Takwir: 29).

Sebagaimana Dia telah tahu apa yang Dia putuskan dan Dia kehendaki, maka Dia akan mengkhususkan dan menentukan lalu mewujudkan. Demikian pula Dia mendengar dan melihat apa yang bergerak dan berhenti, apa yang berbicara di bumi dan bagian alam yang paling bawah dan paling tinggi, dimana pendengaran-Nya tidak akan terhalang oleh jauhnya jarak, Dia Mahadekat, Penglihatan-Nya juga tidak terhalang oleh dekatnya jarak. Dia bisa mendengar bisikan kalbu, suara yang paling rendah sekalipun. Dia melihat benda hitam dalam kegelapan dan air yang ada di dalam air, tidak terhalang oleh percampuran, kegelapan dan cahaya, Dialah Yang Maha mendengar lagi Maha melihat.

Allah Swt. berbicara, bukan dengan didahului oleh diam terlebih dahulu kemudian berhenti lagi, tapi dengan Kalam (pembicaraan) yang qadim dan azali sebagaimana Sifat Ilmu, Kehendak dan Kekuasaan-Nya. Dia berbicara dengan Musa a.s., dimana Kalam-Nya disebut at-Tanzil, Zabur, Taurat, Injil dan al-Furqan yang tidak bisa disamakan dan digambarkan dengan cara bagaimana pun. Sebab Kalam-Nya tidak membutuhkan langit-langit, pita suara, dan lidah, demikian halnya dengan Pendengaran-Nya juga tidak membutuhkan daun telinga, dan Penglihatan-Nya tidak membutuhkan kelopak dan bola mata. Demikian halnya Kehendak-Nya tanpa menggunakan kalbu dan akal, Ilmu-Nya tidak membutuhkan argumentasi dan perbandingan, Hidup-Nya tidak memerlukan udara dan pernafasan, sebagaimana Dzat-Nya tidak bisa bertambah dan berkurang.

Allah Swt. jauh pun menjadi dekat, agung kekuasaan-Nya, merata kebaikan-Nya, besar anugerah-Nya, maka segala sesuatu selain Dia adalah limpahan dari wujud-Nya, pemberian dan keadilan-Nya. Dialah yang memberi dan tidak memberi (menghalangi), menyempurnakan ciptaan alam ketika Dia mewujudkan dan menciptakannya, tiada sekutu dalam Kerajaan-Nya dan tidak ada teman untuk mengatur bersamaNya. Jika Dia memberi nikmat, maka nikmat-nikmat itu semata kebaikan-Nya, dan jika Dia memberi bencana kemudian menyiksa maka itu semata karena keadilan-Nya. Dia tidak pernah menggunakan selain milik-Nya sendiri, sehingga Dia bisa dianggap curang dan berbuat zalim kepada yang lain, tidak ada hukum yang bisa dialamatkan kepada-Nya sehingga ada pihak yang dirugikan. Sementara semua makhluk selain Dia berada di bawah kekuasaan-Nya yang mana Dia akan sanggup memaksanya dan mengendalikan keinginannya. Dia yang memberi ilham kepada jiwa orang-orang mukalaf untuk bertakwa dan menjauhi perbuatan maksiat. Dialah yang akan mengampuni kesalahan orang-orang yang Dia kehendaki pada saat ini dan nanti di Hari Kebangkitan. Keadilan-Nya tidak bisa dihukumi dalam kebaikan-Nya, dan juga kebaikanNya tidak bisa dihukumi dalam keadilan-Nya, karena ke-qadim-an semua Sifat-Nya dan bersih dari sifat-sifat makhluk.

Dia mengeluarkan alam ini dengan dua genggaman, dan mewujudkan untuk mereka dengan dua posisi, kemudian Dia berfirman, “Mereka adalah penduduk surga, dan Aku tidak akan peduli, dan mereka [yang lain] adalah penduduk neraka, dan Aku pun tidak peduli.” Tidak seorang pun bisa menghalangi-Nya, sebab di sana tidak ada yang wujud selain Dia sendiri. Maka semuanya di bawah penggunaan Nama-namaNya. Genggaman pertama di bawah Nama-nama bencanaNya, sedangkan genggaman kedua di bawah Nama-nama nikmat-Nya. Andaikan Allah menghendaki seluruh alam ini bahagia tentu hal itu akan terwujud, atau seluruhnya celaka juga akan terwujud, akan tetapi Allah tidak rnenghendaki demikian, maka alam ini terwujud sebagaimana yang Dia kehendaki, sehingga diantara mereka ada yang celaka dan sebagian dari mereka ada yang bahagia ketika di dunia dan di akhirat. Tidak ada jalan untuk menukar apa yang telah ditentukan oleh ke-qadim-an-Nya. Allah Swt. telah berfirman dalam Hadis Qudsi yang menjelaskan tentang kewajiban shalat, “Shalat itu adalah lima waktu, dan itu pahalanya juga sama dengan lima puluh. Tidak ada yang bisa mengganti ketentuan yang ada di sisi-Ku, sementara Aku tidak akan berbuat zalim kepada para hamba dalam menggunakan kekuasaan-Ku dan melaksanakan kehendak-Ku dalam kekuasaan-Ku.”

Hal itu karena ada suatu hakikat yang tidak bisa dilihat oleh mata dan tidak bisa dicerna oleh akal dan pikiran kecuali mendapatkan anugerah dari Tuhan dan kedermawanan Sang Maha Pengasih yang diberikan kepada hamba yang diperhatikan-Nya, dan memang sebelumnya sudah ditentukan untuk bisa menyaksikan di hadirat-Nya. Maka Dia tahu ketika saya tahu bahwa Ketuhanan telah memberi bagian ini, dan ini merupakan pembagian yang sangat lembut. Mahasuci Tuhan yang tidak ada pelaku lain selain Dia, dan tidak ada wujud lain dengan Dzat-Nya sendiri selain Dia, “Allah menciptakan kalian dan apa yang kalian perbuat.” (Q.s. ash-Shaffat:96). “Dia tidak akan ditanya tentang apa yang Dia lakukan, sementara mereka (hamba) akan ditanya.” (Q.s. alAnbiya’: 23). “Katakanlah: Allah memiliki hujjah yang sangat jelas dan kuat; maka jika Dia men ghendaki, tentu Dia akan memberi petunjuk kepada kalian semua.” (Q.s. al-An’am:149).

Sebagaimana kesaksian kita kepada Allah dengan kemahaesaan-Nya dan berhak menyandang Sifat-sifat yang tinggi, maka kita juga akan memberikan kesaksian kepada Nabi Muhammad Saw. dengan kerasulannya untuk semua umat, yang ditugasi untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan, mengajak kepada Allah dengan izin-Nya dan sebagai “lampu” yang menyinari. Beliau telah menyampaikan segala apa yang diturunkan Tuhannya, telah menunaikan amanatnya, dan memberi nasihat kepada umatnya. Sebagaimana beliau pernah berkhotbah pada saat haji Wada’ di depan para pengikutnya, dimana dalam khotbahnya beliau mengingatkan, memberi peringatan, menjanjikan, mengancam, menyenangkan dan menggetarkan. Peringatan itu tidak khusus untuk seseorang saja, tapi untuk semua umat dengan izin dan Tuhan Tempat bertumpu semua makhluk. Beliau mengatakan, “Apakah aku belum rnenyampaikan?” Lalu para pengikutnya serentak menjawab, “Sungguh, engkau telah menyampaikan, wahai Rasulullah!” Lalu beliau berkata, “Ya Allah, saksikanlah ini.”

Kita juga beriman dengan segala apa yang dibawa oleh Rasulullah Saw, baik yang kita ketahui maupun yang tidak. Maka diantara hal-hal yang kita ketahui dan apa yang beliau bawa dan beliau tetapkan adalah, bahwa kematian itu sesuai dengan ajal (batas waktu) yang telah ditetapkan di sisi Allah Swt. Ketika ia telah tiba saatnya, maka tidak akan bisa ditunda. Maka kita beriman akan hal ini dengan keimanan yang tak mungkin terjadi keraguan sama sekali, sebagaimana kita beriman, mengakui dan membenarkan bahwa pertanyaan Munkar dan Nakir di kubur adalah mesti benar (haq), siksa kubur adalah benar, dibangkitkan dan kubur adalah benar, dihadapkan di pengadilan Allah adalah suatu yang mesti benar, telaga Rasulullah Saw. adalah benar, mizan (neraca amal) adalah benar, terbangnya catatan (buku) amal kepada pemiliknya adalah benar, shirath (jembatan yang melintasi neraka) adalah benar, surga dan neraka adalah benar, sekelompok orang ada yang ke surga dan sekelompok yang lain ke neraka adalah benar, kesulitan pada Hari Kiamat akan menimpa sebagian orang adalah benar, sedangkan sekelompok yang lain tidak pernah terkejut dengan peristiwa besar di Hari Kiamat juga benar, syafaat para nabi, malaikat, dan orang-orang mukmin yang saleh adalah benar, syafaat Tuhan Yang Maha belas kasih adalah benar, maka Nama-nama kasih sayang akan memberi syafaat di hadapan Nama-nama Adikuasa dan Penyiksa.

Demikian pula kita beriman, bahwa imannya para penghuni neraka seperti Fir’aun dan lain-lain tidak diterima dan tidak berguna, sedangkan para pelaku dosa besar yang masih memiliki iman dalam hati nuraninya akan masuk ke dalam Neraka jahanam dan kemudian dikeluarkan karena mendapat syafaat adalah benar, bahwa apa yang dibawa oleh para rasul dan apa yang termuat di dalam Kitab para nabi adalah datang dan Allah Swt., baik diketahui atau tidak adalah suatu yang benar (haq). Demikian halnya kita beriman bahwa kekekalan di surga bagi orang-orang mukmin adalah benar, dan kekekalan di Neraka jahim bagi orang-orang kafir, munafik, musyrik dan para pelaku dosa adalah benar.

Dengan demikian, ini adalah akidah kaum sufi —semoga Allah senantiasa memberi ridha kepada mereka— dan juga akidah yang kita yakini selama hidup kita dan kita mati dengan tetap di atas akidah ini, sebagaimana yang kita harapkan kepada Allah Azza wa Jalla. Maka kita memohon kepada-Nya agar Dia memberi anugerah dengan memberikan manfaat pada keimanan kita dan mengokohkan “kaki” kita pada keimanan ini ketika kita pindah ke tempat yang kekal abadi, tempat tinggal kehidupan yang sebenarnya, dan menempatkan kita di tempat tinggal yang mulia dan diridhai. Semoga Dia menghalangi kita dari tempat tinggal kesengsaraan, tempat tinggal orang-orang yang tersiksa dengan api neraka. Semoga Dia menjadikan kita termasuk kelompok yang mengambil catatan amalnya dengan tangan kanan, merasakan kesegaran setelah mendatangi telaga, dikuatkan timbangan amal baik, dan kedua kaki kita diberi kekokohan ketika melintasi shirath. Sesungguhnya Dia Maha Pemberi nikmat dan banyak berbuat baik kepada makhluk-Nya, amin.

Camkan dan renungkan akidah ini, wahai saudaraku, karena akidah ini sangat agung. Jika anda mau menghafalnya sampai di luar kepala, tentu itu lebih baik. Semoga Allah selalu melindungi dan memberi petunjuk kepada anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar